Menurut dia, gabungan koalisi besar itu akan melawan Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) bentukan Partai Nasdem, Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang mengusung Anies Baswedan sebagai capres.
Cecep mengatakan, koalisi itu bisa saja terbentuk jika partai dalam KIB-KIR bisa membangun komunikasi yang bagus dengan PDI-P.
“Apakah terbangun komunikasi lima partai ini dengan PDI-P? Relasi Jokowi dengan PDI-P menjadi variabel penting saya kira,” ujarnya.
Namun, pengamat politik dari Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam menilai koalisi besar hasil gabungan KIB dengan KKIR sulit terbentuk dalam Pemilu 2024, karena terganjal saat penentuan capres dan cawapres.
Setidaknya banyak nama capres dan cawapres dalam koalisi tersebut. Bahkan, setiap partai memiliki nama unggulan masing-masing untuk maju sebagai capres dan cawapres.
“Jika dicermati dari faktor platform, memang mayoritas partai-partai di Koalisi Besar memiliki spirit keberlanjutan. Namun, ketika masuk di ranah penentuan capres-cawapres, potensi faksionalisme tampak menganga,” kata Ahmad Khoirul Umam, Selasa (4/4).
Umam mengatakan, koalisi besar tampak kerepotan dalam menentukan komposisi Capres-Cawapres.