Di sisi lain, Dedi melihat amarah yang Jokowi perlihatkan itu diorientasikan untuk memantik simpati publik. Dalam beberapa waktu terakhir, Dedi melihat publik banyak mempertanyakan keputusan dan kebijakan mantan gubernur DKI Jakarta itu.
Terlebih, saat ini pemerintah sedang menghadapi pelbagai persoalan. Mulai kekecewaan publik atas kondisi ekonomi hingga wacana penundaan Pemilu 2024.
“Semua itu memerlukan treatment khusus. Dan inilah salah satunya,” ujarnya.
Sementara itu, pengamat politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wasisto Raharjo Jati berpendapat amarah yang Jokowi tunjukkan itu nyata. Apalagi, Jokowi sempat mengeluarkan kata ‘bodoh’ dalam pidatonya.
Menurutnya, hal itu menunjukkan bahwa Jokowi saat ini tengah mengevaluasi kinerja jajarannya. Namun, kata Wasisto, Jokowi tak bisa langsung merombak susunan kabinet.
“Ketidaktergesaan Jokowi soal perombakan kabinet itu memberi pertanda bahwa Jokowi masih memberi kesempatan agar segera menindaklanjuti berbagai arahan tersebut,” ujar Wasis.
Wasis menyatakan apabila Jokowi langsung merombak kabinet, dikhawatirkan terjadi semacam disrupsi dan diskontinuitas kebijakan bagi para pelaku usaha dan publik. Terlebih, aksi dan tindakan Jokowi ihwal perombakan kabinet seringkali tak terduga.