“Namun sebenarnya dengan penyebutan kata ‘bodoh’ itu menunjukkan bahwa presiden sudah serius dalam mengevaluasi kinerja para menterinya. Sehingga bisa jadi nanti ketika presiden berpidato di periode berikutnya, sudah terjadi perombakan,” katanya.
Ia juga menilai ekspresi kemarahan Jokowi memberikan semacam sinyalemen akhir akan datangnya perombakan kabinet. Ia menyoroti sejumlah kata kunci seperti ‘impor’, ‘alkes’, dan ‘produk dalam negeri’.
“Sepertinya sudah mengerucut bahwa sektor perekonomian terutama perdagangan dan perindustrian perlu dibenahi,” ujarnya.
Ancaman reshuffle kabinet Jokowi ini muncul ke publik usai Partai Amanat Nasional (PAN) bergabung dengan koalisi pemerintah. Meski PAN sudah merapat sejak 2021, sampai saat ini mereka belum mendapat posisi di jajaran Kabinet Indonesia Maju.
Menurut Dedi, ancaman Jokowi ini bisa dilihat sebagai salah satu momentum untuk memasukan kader PAN ke dalam kabinet.
“Reshuffle sebenarnya saat ini miliki momentum, pertama, PAN dalam mitra koalisi, kedua karena ada persoalan yang pemerintah gagal menjalani, yakni kekisruhan minyak goreng yang disinyalir adanya mafia. Tentu dua hal itu cukup untuk reshuffle,” kata Dedi.