Ia menjelaskan bahwa Pangeran Diponegoro adalah pejuang keadilan yang selalu mendahului dalam memperjuangkan hak-hak rakyat yang terpinggirkan, terutama terkait pajak dan berbagai bentuk penindasan terhadap rakyat kecil.
Anies juga mengingatkan bahwa akibat pemberontakan Pangeran Diponegoro, Belanda mengalami kebangkrutan dan kemudian muncul politik tanam paksa. Politik tanam paksa ini kemudian menghasilkan politik etis yang bertujuan untuk membayar balik atas penindasan yang dilakukan Belanda. Hal inilah yang menciptakan generasi muda Indonesia yang terdidik.
“Melalui pendidikan inilah muncul gerakan politik modern yang akhirnya membawa kita menuju kemerdekaan. Jadi, Perang Jawa dan Perang Diponegoro adalah bagian penting dari perjalanan kita hingga saat ini. Kami memberikan penghormatan kepada Pangeran Diponegoro dan berharap ini menjadi inspirasi bagi perjuangan berikutnya,” tambahnya.
Berdasarkan keterangan tertulis, Anies juga mencatat bahwa ia pernah menerima Pusaka Tongkat Cakra Pangeran Diponegoro dari Pemerintah Belanda saat menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan beberapa tahun lalu. Penyerahan itu diselenggarakan secara rahasia karena banyak kolektor yang berusaha mendapatkan pusaka tersebut untuk disimpan secara pribadi. Momen tersebut merupakan kali pertama Anies melihat pusaka Pangeran Diponegoro secara langsung, sebelumnya hanya melalui foto dan gambar.