“Jadi kemarahan Presiden pada menterinya di hadapan publik, itu sebenarnya memberi kita jebakan politik simbolisme. Seolah-olah marah itu berarti bekerja, dan ini satu pretensi buruk dalam politik nasional,” katanya.
Kini, lanjut Arif, banyak pemimpin di tingkat daerah melakukan hal serupa. Selain Ahok dan Risma yang telah melakukannya lebih dulu, ada pula Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, yang sempat marah di tengah jalan yang digenangi air saat hujan beberapa waktu lalu.
“Sesuatu yang tidak mengubah keadaan secara esensial, karena banjir mestinya diselesaikan lewat kebijakan,” katanya.
(thr/asr)
Page 3 of 3