Lain halnya, kata dia, dengan amandemen untuk menambah hak-hak dasar dan kebebasan sipil warga negara. “Atau amandemen untuk mendefinisikan sistem ketatanegaraan agar duduk kewenangan parlemen dan eksekutif lebih efisien dalam memproduksi demokrasi dan meminimalisir politik uang,” ujarnya.
Ia menuturkan di titik itulah letak kekecewaan terbesar publik. Yaitu bila PSI yang berisi anak-anak muda itu bukannya menjadi bagian aktif dari politik progresif. Mereka, kata Raachland, malah memilih berada pada sisi yang salah dari sejarah, karena ikut serta dalam gerakan haram untuk mengembalikan Indonesia pada otoritarianisme.
Ia mengatakan keberpihakan PSI pada gerakan politik menunda Pemilu 2024 menunjukkan watak mereka yang sebenarnya. “Yaitu partai oportunis yang suka mengekor pada apapun asal memberi mereka sedikit bagian,” ujarnya.