Kata dia, menjadi politisi itu harus tampil sebagai sosok yang matang.
Jika mengkritik, bukan berarti dilakukan dengan cara membabi buta seperti yang dilakukan oleh Giring.
“Yang seperti itu tidak pantas masuk di dalam dunia politik” ujar Fathur.
Dia berujar, Demokrasi ibarat sebuah mesin produksi. Setiap mesin produksi akan ada limbahnya yang dibuang.
Menurut Fathur, jika Demokrasi adalah mesin produksi, maka Giring Ganesha adalah limbahnya.
“Demokrasi kalau kita persepsi sebagai mesin politik, maka kita harus menyadari munculnya orang semacam Giring itu merupakan limbah dari Demokrasi” ujarnya.
Sebagai limbah, Fathur menyarankan agar setiap ocehan Giring tidak perlu ditanggapi karena akan buang waktu dan energi.
“Saya melihat dia limbah dari Demokrasi, karena itu tidak boleh digubris” pungkasnya.