“Teori ini menggambarkan Geopolitik Soekarno yang mengemukakan nilai-nilai kemanusiaan, perdamaian dunia dan bagaimana bangsa-bangsa di dunia bisa hidup berdampingan dengan damai,” imbuhnya.
Untuk membangkitkan pemahaman para peserta kuliah, Hasto lalu menceritakan tentang peristiwa usai KAA tahun 1955.
Kepemimpinan Indonesia berhasil membangkitkan spirit solidaritas diantara bangsa Asia-Afrika. Sehingga bukan sekedar menjadi komitmen politik tingkat elite, namun hingga ke berbagai kalangan termasuk mahasiswa.
Hasto pun menantang para mahasiswa Unand agar berani menunjukkan komitmen serta prestasinya dengan membangkitkan semangat itu kembali.
“Kami tantang bagaimana Universitas Andalas ini, mahasiswanya, senatnya, mampu mengadakan konferensi mahasiswa Asia-Afrika untuk diulang kembali dan diadakan di Padang ini,” kata Hasto.
Konferensi Mahasiswa tahun 1956 saat itu dipimpin oleh Emil Salim yang menjadi tokoh nasional.
“Jadi kalau menghormati perjuangan pahlawan bangsa, maka tahun depan 18 April itu ada peringatan Konferensi Asia-Afrika. Maka dari Andalas ini, kalau dulu yang memimpin Prof. DR. Emil Salim, ditantang untuk diadakan konferensi internasional mahasiswa Asia-Afrika, dengan yang diundang adalah 29 negara dan itu diadakan di Andalas,” ungkap Hasto.