“Sri Rahayu paling bersemangat kalau bicara tentang bagaimana berjuang soal RUU TPKS, karena ini senapas dengan Ibu Mega yang ketika beliau menjadi presiden membuat hal yang fundamental termasuk UU KDRT. Tetapi lebih penting dari itu adalah spiritnya tadi agar perempuan harus mengekspresikan seluruh kepemimpinannya dalam seluruh aspek kehidupan,” kata dia.
Politikus asal Yogyakarta itu juga mengingatkan Bung Karno dalam pendapatnya menyampaikan bahwa laki-laki dan perempuan bagaikan kepakan sayap burung Garuda yang membuat Indonesia terbang ke angkasa membawa kejayaannya.
Bung Karno, lanjut Hasto, sengaja menetapkan Kartini sebagai pahlawan kemerdekaan bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional pada 2 Mei 1964.
“Karena peran perempuan begitu strategis dalam pendidikan, dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, dalam membangun imajinasi tentang masa depan anaknya yang ditimang sejak kecil agar dia jadi anak yang hebat, mampu berbakti kepada bangsa dan negara, berbudi pekerti luhur. Tidak ada seorang ibu yang mendoakan tidak baik kepada anaknya sehingga tidak berlebihan kalau dikatakan surga di bawah telapak kaki ibu,” ucap Hasto dengan nada suara bergetar.