Hasto menjelaskan Bung Karno dalam buku Sarinah meminta para perempuan membangun semangat juang, tidak pernah menyerah. Sebab, Bung Karno memandang perempuan sebagai pembentuk kultur.
“Bung Karno belajar dari sejarah peradaban bagaimana sejak zaman presejarah, ketika suami punya tugas berburu, perempuan kemudian mengembangkan ilmu pengetahuan dengan bercocok tanam. Soekarno menghormati kaum perempuan karena dia ibu ilmu pengetahuan. Ini yang harus kita pahami,” jelas Hasto.
Ditambahkannya, kalau ada kultur yang menempatkan perempuan hanya di belakang, hanya konco wingking dan dijadikan objek maka ini tantangan bersama termasuk bagi PDI Perjuangan untuk menggelorakan emansipasi.
“Kartini jadi tokoh emansipasi perempuan karena yang diperjuangakan pembebasan dari berbagai bentuk perbudakan, pemingitan dan penyingkiran dari dunia yang seharusnya perempuan diperlakukan sama. Bung Karno menetapkan sebagai pahlawan dan tokoh pembebas karena Kartini punya daya pendobrak dan daya imajinasi,” jelas Hasto.
Kartini sosok yang tidak mau terkungkung oleh pingitan dan budaya yang menindasnya dan dia bergerak dengan kekuatan alam pikir dan daya imajinasinya.