“Melalui tulisannya, suatu imajinasi yang besar yang terbukti mampu menembus benteng-benteng kultural yang menempatkan perempuan hanya ada di kamar. Melalui imajinasi Kartini disampaikannya dia menyampaikan harapan agar di masa depan perempuan tidak bernasib seperti dirinya,” urai Hasto.
Ditambahkannya, mengutip harapan Megawati, kalau masih ada di alam kemerdekaan ini, perempuan dibatasi yang bertentangan dengan kemanusiaan, maka dalam perspektif ideologi, historis, dan perspektif kepartaian, maka tugas bersama untuk membela siapapun yang tertindas khususnya perempuan dan anak.
Dengan peringatan Hari Kartini ini, kata Hasto, mengajak mari membangun imajinasi kaum perempuan Indonesia secara kolektif.
“Mari kita bangun suatu energi perjuangan yang mampu mendobrak berbagai hambatan dan kita merindukan perempuan pelopor yang bisa berjuang dengan nilai-nilai kemanusian dan cinta kasih. Dari seorang Kartini kita bisa belajar bahwa ketika perjuangan itu dilakukan dengan penuh kesungguhan dan daya imajinasi dengan kekuatan alam pikir dan semangat pantang menyerah maka perempuan mampu menghadirkan jati dirinya dalam membangun peradaban. Mari gelorakan semangat kepemimpinan perempuan pelopor, perempuan pejuang yang melekat jati diri kebudayaan,” tandas Hasto.