“Ini bukan sekadar soal jumlah, tapi juga mutu. Pendidikan yang baik tak bisa berjalan tanpa guru yang benar-benar dipersiapkan,” ujar Bonnie
Bonnie bertemu dua siswa dari keluarga marjinal: satu anak dari keluarga nelayan tanpa perahu, satunya lagi anak dari pengepul barang bekas. Keduanya bercita-cita tinggi—tapi terbentur kondisi ekonomi.
Ia menekankan pentingnya Program Indonesia Pintar (PIP) sebagai alat negara untuk menjangkau mereka yang nyaris tak terjangkau.
“Jika PIP tidak sampai kepada mereka, artinya negara belum benar-benar hadir di ruang-ruang kelas rakyat,” katanya .
Data Panja Pendidikan menunjukkan, Rata-rata Lama Sekolah (RLS) di Pasuruan hanya 7,6 tahun — lebih rendah dari rata-rata Jawa Timur (8,7 tahun). Tingkat Partisipasi Sekolah dan Angka Melek Aksara pun belum menggembirakan. Ditambah tingginya angka putus sekolah di SMP dan SMA, serta rendahnya kemampuan literasi dan numerasi, membuat tantangan kian kompleks.
Panja Pendidikan merancang kebijakan berbasis kenyataan di lapangan, bukan sekadar angka di meja. Bonnie menegaskan, pendidikan harus menjadi milik semua, bukan hak istimewa mereka yang tinggal di kota besar.