“Kami yakin dengan kerja keras dan semua usaha yang dilakukan, kami yakin Sumut akan 50 persen + 1. Mudah-mudahan di daerah lain juga punya keyakinan dan keinginan yang sama untuk memenangkan pasangan ini satu putaran,” katanya.
Menanggapi bagaimana menghadapi tudingan-tudingan miring pascapendeklarasian pasangan ini, Iskandar menyebut bahwa seorang Anies Rasyid Baswedan sudah keyang dengan ucapan atau kampanye yang memang memojokkannya. Namun dia tidak memberikan respon, sebab semua itu pada akhirnya akan menghilang karena rekam jejak Anies Baswedan sendiri.
Menurutnya, sampai saat ini Anies dan Ketum Partai NasDem juga masih tetap dalam komitmen, yaitu membawa pasangan yang diusung partai koalisi untuk menang.
Bukan sekadar mengikuti kontestasi Pilpres dan hanya untuk hura-hura atau melengkapi, tapi untuk menang dan untuk menang tentu perlu strategi. Salah satunya perlu mencari pasangan yang sangat cocok untuk Anies Baswedan. Pasangan yang bisa memberi daya dorong atau kekuatan baru untuk menambah suara Anies. NasDem dan Anies melihat potensi itu ada pada Muhaimin Iskandar.
“Artinya apa? Artinya NasDem sendiri tidak punya kepentingan apapun. Ketum kita juga tidak mau untuk dicalonkan sebagai Capres atau Cawapres. Malah Ketum kita tidak ingin masuk dalam kandidat wakil presiden mendampingi Anies. Menurut kami, siapa yang meninggalkan koalisi itu sebenarnya yang layak disebut sebagai pengkhianat, kerena dia yang meninggalkan. Kalau memang ikhlas dan tulus, dia tidak akan tinggalkan koalisi ini. Sebab, koalisi ini mengusung Anies untuk membawa kebaikan kepada masyarakat Indonesia,” pungkas Iskandar.