“Dan apalagi nanti jika ada kejadian-kejadian seperti kemarin ya, esensi demonya menjadi tenggelam. Saya lihat berita hari ini kurang mengemukakan aspirasi mahasiswa. Tapi kasus (pengeroyokan) Ade Armando yang menghiasi headline di TV maupun di media-media sosial,” imbuhnya.
Din mengaku sebagai sosok yang menentang kekerasan. Termasuk di setiap aksi unjuk rasa, baik oleh pendemo maupun aparat keamanan.
Hanya saja, Din melihat insiden pengeroyokan Ade Armando kemarin seharusnya bisa diantisipasi melihat figurnya yang kontroversial dan posisinya yang kerap kali berseberangan dengan para mahasiswa.
“Seharusnya kalau (Ade Armando) hadir di situ ya harus dicegah. Kan itu pasti paling tidak susah, dan apalagi jika sebagaimana sebagian pihak mengatakan ini bagian dari engineering (rekayasa), segala macam saya tidak tahu. Tapi seharusnya bisa dicegah, tidak cukup dikatakan itu (pelaku) bukan dari mahasiswa,” pungkasnya.
Ade Armando dipukuli sekelompok orang di depan Gedung MPR/DPR saat mahasiswa menggelar aksi menolak penundaan pemilu 2024 dan perpanjangan masa jabatan presiden kemarin.
Ade menjadi bulan-bulanan massa setelah sempat cekcok dengan beberapa orang. Ia langsung dihajar hingga babak belur dan tak berdaya, bahkan celananya terlepas.