Namun, Hasto menegaskan, langkah Gerindra bergabung dalam koalisi pendukung pemerintahan Jokow-Ma’ruf telah memberikan ruang dialog dan kerja sama lebih besar untuk saling membangun dan saling pengertian dalam upaya merumuskan masa depan bangsa.
“Terkait siapa mau berpartner dengan siapa tentu saja masih memerlukan kajian, pertimbangan politik yang mendalam, dan kajian itu tidak bisa hanya dijodohkan oleh lembaga survei tetapi juga melalui kalkulasi politik,” kata Hasto.
Sebagai informasi, Prabowo yang merupakan Ketua Umum Gerindra pernah tiga kali bertarung dalam Pilpres. Dua terakhir pada 2019 dan 2014 sebagai Capres, di mana dia kalah dari Joko Widodo yang kini memasuki periode kedua kepresidenannya.
Kemudian pada 2009 dia menjadi Cawapres berpasangan dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Dalam Pilpres yang diikuti tiga pasang calon itu yang muncul sebagai pemenang adalah pasangan petahana, Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono.
Setelah sempat berseberangan pasca Pilgub DKI 2017, Gerindra kali ini kembali mesra dengan PDIP yang diperlihatkan dengan penunjukan Prabowo sebagai menteri pertahanan, dan satu kader lainnya dalam kabinet Joko Widodo (Jokowi)-Ma’ruf Amin.


