Arwani kemudian menceritakan perjuangan para santri dahulu yang ikut perang melawan penjajah. Dengan alat seadanya dan semangat juang yang tinggi, para santri tidak gentar sedikit pun.
“Santri dengan semangat daya juangnya yang tinggi, soliditas yang luar biasa, bisa mengalahkan sekutu, sampai terbunuhnya jenderal malabi. Itu diawali dengan resolusi jihad pada bulan Oktober sebelumnya,” jelas anggota Komisi I DPR RI ini.
Santri di era digital, kata Arwani, bukan hanya sebagai penikmat konten, melainkan juga sebagai produsen konten di media sosial. Tidak mengherankan jika konten yang diproduksi kalangan pesantren di platform media sosial meningkat.
Pegiat Media Sosial Abdul Malik menambahkan, di era digital banyak peluang santri bisa tampil dan mengisi ruang-ruang media sosial. Hal ini supaya media sosial diisi dengan konten-konten keagamaan, bukan seperti konten kebaya merah dan lainnya.
“Smartphone jangan hanya digunakan untuk nonton dan telpon, kita gunakan untuk mendorong produktifitas di medsos. Masih banyak peluang kita mendorong dunia maya dengan aktifitas keagamnaan, jangan cuma sambo, kebaya merah,” katanya.