Kini, tongkat komando PII di bawah Heru Dewanto, yang menurut Hasto sudah mengarahkan suatu langkah transformasi untuk mendorong peran insinyur. Dikatakan Hasto, Indonesia begitu kaya harus kedepankan semangat penguasaan ilmu-ilmu dasar yang secara teknis bisa diaplikasikan para insinyur demi memberi nilai tambah bagi seluruh warga Indonesia. Artinya, insinyur memiliki peran yang sangat strategis.
“Karena itulah kami memberikan dukungan sepenuhnya. Semua juga harus ingat, presiden kita, Pak Jokowi juga seorang insinyur lho. Sehingga, insinyur memegang posisi strategis,” kata Hasto.
Hasto memang lulusan Teknik Kimia dari Universitas Gadjah Mada, sama dengan Presiden Jokowi. Usai kuliah, Hasto menjadi karyawan di PT Rekayasa Industri dengan spesialisasi perekayasaan dan rancang bangun pabrik.
Diakui Hasto, ilmu teknik yang dipelajari serta didalaminya, ternyata bisa diaplikasikan di dunia politik. Dia mengaku memiliki pemahaman aspek kimia dan fisika dari politik, bahkan hingga ke kebatinan politik.
Hasto mengaku dirinya selalu berusaha memberikan kontribusi agar keinsinyuran menjadi bagian dari kebijakan publik. Kerja-kerja itu utamanya dia lakukan saat pernah duduk di Komisi VI DPR.


