“Perguruan tinggi sebagai otokritik sepertinya ada gap dengan apa yang dibutuhkan bangsa dan negara bagi kemajuan kita. Padahal pengusaan iptek dan riset dan inovasi sangat penting,” tutur Hasto di hadapan ratusan dosen dan sivitas akademika Sadar yang dipimpin Rektor Albertus Bagus Laksana SJ.
Faktanya, lanjutnya, peringkat pendidikan Indonesia jauh tertinggal dari negara lain. Bahkan tertinggal dari Malaysia, yang di masa lalu justru banyak meminjam guru dari Indonesia. Hasil riset juga menemukan bahwa IQ rata-rata orang Indonesia kalah dari orang Filipina, Laos, dan Kamboja.
Indonesia juga masih menghadapi stunting, yang ironisnya terjadi di Nusantara yang kaya dengan sumber makanan bergizi.
“Jaman Pak Harto makan sayur-sayuran jagung dikatakan miskin padahal itu komponen gizi cukup besar. Daun kelor hanya dianggap pagar mengusir genderuwo padahal orang Australia iri melihat kita daun kelor dengan keragaman vitamin luar biasa,” urai Hasto.
“Masalahnya apa? Sedikit ilmuwan meneliti sumber- sumber pangan, sumber protein dan jamu-jamuan kita untuk memajukan kesejahtetaan umum dengan cara berdiri di atas kaki sendiri,” tegas Hasto.