Hasto menyampaikannya dengan bersemangat dan mampu menarik perhatian para peserta yang sangat serius mendengarkannya. Berbagai contoh-contoh kasus yang aktual disampaikan, termasuk menyangkut pengalaman Indonesia dengan berbagai negara di dunia.
Intinya, ujar Hasto, pemikiran geopolitik Soekarno bertumpu pada beberapa poin. Yakni didasarkan pada ideologi Pancasila; bertujuan membangun tata dunia baru; berdasarkan prinsip bahwa dunia akan damai apabila bebas dari imperialisme dan kolonialisme. Lalu bertumpu pada pentingnya menggalang solidaritas bangsa berdasarkan prinsip koeksistensi damai (peaceful coexistence); berorientasi pada struktur dunia yang demokratis, sederajat dan berkeadilan.
“Kekuatan pertahanan negara dibangun untuk menjaga perdamaian dan sebagai benteng bagi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa,” ujar Hasto.
Menurut Hasto, untuk bisa mewujudkan teori tersebut di dalam praktik pemerintahan Indonesia, harus dimulai dari perubahan mentalitas dan kepemimpinan nasional. Pada titik itulah Lemhannas memiliki posisi serta peran yang penting.
“Lemhannas menjadi ruang dan medium penting agar para pemimpin Indonesia berani membuat ide imajinasi untuk masa depan dan bangsa. Dan di Lemhannas ini sipil, militer dan kelompok fungsional atas dasar profesi juga blended,” ujar Hasto.