Partaiku.id – Direktur Eksekutif TRUST Indonesia Consulting Azhari Ardinal mengatakan, dalam sejarah politik Indonesia, terminologi nasionalis dan religius sering digunakan untuk menggambarkan dua identitas yang mewakili mayoritas rakyat Indonesia. Di masa lalu nasionalis sering digunakan untuk mengambarkan kaum abangan dan religius untuk mengambarkan kaum santri.
“Meskipun dewasa ini identitas tersebut tidak lagi mengemuka namun harus diakui pada dasarnya akar identitas politik rakyat Indonesia tidak bisa dilepaskan dari dua kekuatan besar tersebut,” katanya.
Jika dilihat dari platfrom partai politik, lanjut Azhari, Gerindra bisa dikategorikan menjadi representasi nasionalis, sementara PKB berangkat dari nilai-nilai religius. Menurutnya jika Gerindra dan PKB bisa memformalkan kerja sama politik mereka dalam waktu dekat, maka mereka bisa menjadi dua kekuatan politik pertama yang mengabungkan kekuatan politik nasionalis-religius dalam satu koalisi politik.
“Bersatunya Gerindra-PKB bisa menjadi ikon baru setelah selama ini banyak partai yang mengaku nasionalis-religius tapi sekadar klaim tanpa didukung dengan fakta sosiologis di lapangan,” katanya.