“Kalau kita simak penjelasan presiden kemarin yang tegas bahwa Pemilu digelar pada 2024, seharusnya pernyataan tersebut sudah bisa meredam bibit-bibit awal kekacauan sosial tersebut,” ujar Wasisto.
Di sisi lain, hal itu sebenarnya juga sudah bisa menyudahi manuver elit politik lain agar tidak menyulut api dalam sekam. Terlebih dalam kondisi pandemi virus corona (Covid-19) dan masalah ekonomi seperti saat ini.
Kendati begitu, pernyataan Jokowi tersebut dianggap masih belum bisa memuaskan seluruh masyarakat. Menurut Wasisto, faktor lain turut memengaruhi pandangan masyarakat.
Di antaranya, masyarakat masih geram dengan pemerintah yang tak bisa menstabilkan harga pangan dan kelangkaan bahan-bahan pokok di pasar.
“Ketidakpuasan masyarakat tersebut merupakan puncak dari serangkaian kenaikan harga dan langkanya kebutuhan dasar yang muncul bersamaan dengan wacana tiga periode sehingga menimbulkan gelombang antisimpatik pada pemerintahan,” ujarnya.
(dmi/gil)


