Berita PilihanPartai Golongan Karya

Indra Bambang Utoyo ada Keinginan Untuk Mencalonkan Ketua Umum Golkar

Indra Bambang Utoyo, Ketua Korbid Pemenangan Pemilu Wilayah Sumatera Partai Golkar. Mantan ujar Ketua Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan TNI/Polri Indonesia (FKPPI) itu mengatakan niatnya untuk mencalonkan diri sebagai Ketum Golkar belum luntur.

“Insya Allah saya maju. Biarpun banyak yang menertawakan,” ujar Bambang saat dihubungi, Senin (8/10/2019).

Menakar Peluang Penantang Airlangga Sebagai Ketum Golkar
Danu Damarjati, Deden Gunawan – detikNews
Menakar Peluang Penantang Airlangga Sebagai Ketum Golkar
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (Dok. Golkar)
Jakarta – Tensi tinggi perebutan posisi Ketua Umum Partai Golkar memang belum akan berakhir, sekali pun Bambang Soesatyo (Bamsoet) yang menjadi calon kuat sebagai pesaing petahana Airlangga Hartarto menyebut akan mendinginkan suasana persaingan. Sejumlah kader Golkar menyatakan diri akan ikut bersaing. Apalagi menurut sejarahnya tak pernah ada aklamasi dalam pemilihan orang nomor satu di partai berlambang phon beringin itu.

Salah satunya Indra Bambang Utoyo, Ketua Korbid Pemenangan Pemilu Wilayah Sumatera Partai Golkar. Mantan ujar Ketua Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan TNI/Polri Indonesia (FKPPI) itu mengatakan niatnya untuk mencalonkan diri sebagai Ketum Golkar belum luntur.

“Insya Allah saya maju. Biarpun banyak yang menertawakan,” ujar Bambang saat dihubungi detikcom, Senin (8/10/2019).

Keinginan Bambang bertahan maju sebagai salah satu calon ketum salah satunya didasari perkembangan politik yang berkembang pasca terpilihnya Bamsoet menjadi ketua MPR. Ada ungkapan yang terlontar di internal partai jika perebutan kursi ketum Golkar di Munas sudah berakhir. Namun, dia menyadari jika lawan yang dihadapi bukan sembarangan. Airlangga adalah petahana sekaligus Menteri Perindustrian.

Bahkan di internal Golkar ada yang mencemooh terang-terangan dengan menyebut Bambang hanya buang-buang waktu dan tenaga saja menantang Airlangga. “Kalau saya maju ibarat petinju kelas berat dilawan kelas ringan. Sementara pengamat bilang layaknya David versus Goliat,” ujar mantan Ketua Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) periode 1994-1998 itu. Bambang mengaku pede karena mendapat dukungan dari FKPPI serta AMPI. Bambang juga mengklaim banyak loyalis Bamsoet yang mulai mendukung dirinya.

Selain Bambang beberapa waktu yang lalu muncul juga nama Ridwan Hisjam. Namun Ridwan yang juga mantan Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Jawa Timur sama sekali enggan berkomentar soal kelanjutan niatnya jadi nomor satu di partai berlambang pohon beringin itu. Dia hanya mengirimkan beberapa artikel yang berisi pengalamannya membesarkan Golkar di Jawa Timur.

Salah satu pendukung Bamsoet, Nofel Saleh Hilabi menyebut Indra Bambang Utoyo sangat punya peluang untuk menantang Airlangga. “Indra Bambang Utoyo punya potensi untuk maju. Jadi kalau berbicara Golkar, sekali lagi Golkar tidak akan pernah aklamasi,” Wakil Ketua Umum Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) itu.

Namun kata Nofel, sebagai loyalis Bamsoet, dirinya masih berkeyakinan Bamsoet tetap maju bersaing di bursa ketua umum Golkar. Pasalnya, sejumlah pengurus Dewan Pimpinan Daerah Golkar masih berharap Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat itu tetap maju.

“Kalau kita bicara di DPD, saat ini DPD masih mengharapkan Bamsoet. Walapun Bamsoet sekarang secara pribadi mengatakan ingin fokus mengurus MPR,” ujar Nofel.

Pengamat politik Ray Rangkuti memprediksi sulit bagi Airlangga untuk maju sebagai calon tunggal dan kemudian terpilih secara aklamasi. Setelah berakhirnya rezim Orde Baru, Golkar punya sejarah menjalani proses pemilihan ketua dengan pemungutan suara yang ketat. “Menurut sejarahnya Golkar tak pernah aklamasi,” ujar Ray Ketika Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) digelar pada 1998 untuk mencari pengganti Harmoko terjadi persaingan sengit.

Politisi sipil, Akbar Tandjung, akhirnya muncul sebagai pemenang mengalahkan calon dari militer, Jenderal Edi Sudradjat. Pertentangan yang cukup tajam mengakibatkan keluarnya Edi Sudrajat dan beberapa tokoh Golkar. Mereka kemudian memutuskan membentuk partai baru. Begitu pun saat Munas 2004, Wakil Presiden Jusuf Kalla melawan Akbar Tandjung. JK-pun berhasil unggul dengan selisih suara meyakinkan.

Munas berikutnya tahun 2009 melahirkan Aburizal Bakrie sebagai ketua umum. Ical yang saat itu memegang jabtan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Kabinet Indonesia Bersatu, bertarung keras dengan Surya Paloh. Paloh akhirnya memilih mundur dari Golkar dan mendirikan Nasional Demokrat. Saat Ical kembali maju dalam Munas 2014 di Bali, Agung Laksono hadir sebagai penantangnya.

Ical memang terpilih lagi, namun kubu Agung Laksono tidak mengakui dan membentuk Tim Penyelamat Partai Golkar (TPPG) untuk mengadakan munas tandingan. Perseteruan dua kubu ini berlanjut sampai ke pengadilan. Setelah lebih dari setahun berkonflik akhir dua kubu sepkat memilih Setya Novanto sebagai ketua. Kasus hukum menyebabkan Setnov harus diganti. Airlangga Hartanto terpilih jadi penggantinya.

Selain, tak pernah aklamasi, Ray Rangkuti menyebut secara kultur Ketum Golkar terpilih dari kader-kader yang memegang jabatan penting. Beberapa nama yang muncul selain Airlangga menurut Ray hanya berusaha menaikkan pamor. “Kalau dia nggak punya jabatan prestisius di luar (partai) ya relatif sulit,” katanya. Kemungkinan lain, menurut Ray bisa saja muncul nama alternatif dari kader Golkar yang dipilih Jokowi masuk kabinet.

Tradisi di partai berlambang pohon beringin, bahwa orang yang berkuasa lebih dihormati ketimbang orang yang tidak berkuasa juga sangat menguntungkan Bamsoet. “Nah sekarang posisinya sama. Yang satu menteri (Airlangga) yang satunya (Bamsoet) Ketua MPR. Dan kita nggak tahu nih apakah Airlangga akan terpilih lagi jadi menteri atau tidak. Tapi yang jelas kan Bamsoet sudah pasti jadi ketua MPR,” ujar Ray.

Sementara itu, politisi Partai Golkar lainnya, Ace Hasan Syadzily mengatakan dari beberapa pernyataan yang terlontar dari Bamsoet mengisyaratkan tidak ada persaingan dalam konteks kontestasi menjelang munas. Dia pun mengharap Bamsoet tak mengkhianati komitmennya. “Saya kira itu diakui sendiri oleh pak Bamsoet pasca pelantikan Ketua MPR. Jadi seharusnya pak Bamsoet konsisten dengan sikapnya. Orang itu dilihat dari komitmennya,” ujar salah satu Ketua DPP Partai Golkar yang juga dikenal sebagai pendukung Airlangga itu.

Show More
Back to top button

Adblock Detect

Please consider supporting us by disabling your ad blocker