Situasi internal Partai Golkar kembali memanas jelang penyelenggaraan Musyawarah Nasional (Munas). Dua tokoh yang sama-sama telah mendeklarasikan diri maju menjadi calon ketua umum Golkar periode 2019-2024, Airlangga Hartarto dan Bambang Soesatyo, mulai melakukan sejumlah manuver politik.
Sejumlah langkah mereka tempuh dalam rangka mencari dukungan kader. Mulai dari kader di Dewan Perwakilan Daerah (DPD) tingkat provinsi dan kabupaten/kota, serta di organisasi sayap yang merupakan pemegang hak suara dalam pemilihan ketua umum.
Situasi memanas seperti ini bukan pertama kali terjadi di Partai Golkar. Sebelumnya, polemik perebutan kursi Ketua Umum Partai Golkar terjadi kala Aburizal Bakrie dan Agung Laksono bertarung di Munas 2009 serta Setya Novanto dan Ade Komarudin bersaing pada Munas 2016.
Kini, giliran Airlangga dan Bamsoet yang bertarung.
Airlangga bermanuver dengan membawa 34 DPD Golkar tingkat provinsi sowan ke Presiden Joko Widodo pada Juli lalu. Menteri Perindustrian itu pun mengklaim telah mengantongi 92 persen suara pada pemilihan ketua umum Golkar mendatang.
Airlangga sejauh ini telah mendapatkan dukungan dari sejumlah organisasi sayap Partai Golkar antara lain Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR) yang diketuai oleh Roem Kono dan Kesatuan Organisasi Serba Guna Gotong Royong (Kosgoro) 1957 yang diketuai oleh Agung Laksono.