Partai Ummat

Jimly Asshiddiqie: Parpol Era Reformasi Jadi Kerajaan, Termasuk Partai Ummat

Jimly Asshiddiqie: Parpol Era Reformasi Jadi Kerajaan, Termasuk Partai UmmatPartaiku.id – Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Jimly Asshiddiqie menyindir partai politik di Indonesia yang lahir setelah Reformasi 1998 membangun dinasti politik, termasuk Partai Ummat besutan Amien Rais. “Sekarang sesudah 76 merdeka, apa ini sudah selesai? Belum. Lihatlah partai-partai yang lahir setelah Reformasi, cepat sekali jadi kerajaan. Semuanya. Termasuk Partai Pak Amien Rais. Itu pun udah besan, sudah mantu, tetap aja,” kata Jimly di Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah yang ditayangkan di kanal YouTube Muhammadiyah Channel, Rabu (16/3).

Jimly menilai fenomena itu bisa berkembang karena corak budaya politik Indonesia cenderung masih bersifat kerajaan sampai saat ini.

Buktinya, kata dia, ada pihak yang mengusulkan Indonesia menjadi kerajaan dalam Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI) 1945. Namun, pada akhirnya pihak yang mendukung dasar negara Republik bisa memenangkan kesepakatan.

Karenanya, Ia tak heran bahwa dinasti politik di Indonesia kini merajalela di mana-mana. Dinasti politik itu, kata dia, hadir ketika harga demokrasi makin mahal dan berkolaborasi dengan para oligarki ekonomi.

“Maka pemilik modal makin besar perannya. Maka, ekonomi, dinasti dan politik campur aduk,” kata Jimly.

Melihat hal itu, Jimly menilai proses de-Institusionalisasi politik di Indonesia makin besar. Hal demikian terjadi karena belum berjalannya sistem yang secara ketat mengatur ruang bagi para politisi yang berlatar belakang sebagai pebisnis. Sehingga konflik kepentingan di kalangan para pejabat pun tak bisa dihindarkan.

Jimly lantas mengusulkan upaya penguatan pelembagaan dan konsolidasi politik bisa dilakukan mencegah de-Institusionalisasi politik tersebut. Ia juga menilai upaya itu berguna bagi Indonesia untuk memperkuat tata kelola negara yang bertumpu pada sistem. Bukan sekadar bertumpu pada figur.

“Semakin besar dan modern suatu organisasi, ketergantungannya pada sistem semakin tinggi. Semakin kecil dan tradisional suatu organisasi, ketergantungannya pada faktor figur semakin kuat,” kata dia.

Terpisah, Wakil Ketua Umum Partai Ummat, Buni Yani membantah tudingan Jimly tersebut. Ia menilai Jimly belum mengerti seluk beluk pendirian Partai Ummat.

“Pak Jimly kurang memahami bagaimana partai ummat pembentukannya. Jadi Pak Jimly kurang memahami,” kata Buni Yani.

Buni Yani lantas menceritakan awal mula Ridho Rahmadi terpilih sebagai Ketum Partai Ummat. Ridho merupakan menantu dari Amien Rais. Awalnya, Amien Rais selaku Ketum Dewan Syuro Partai Ummat telah mengincar seseorang untuk menjadi Ketum. Namun, orang itu tak bersangkutan untuk bergabung.

Di sisi lain, terdapat aspirasi dari kader agar anak pertama Amien, Hanafi Rais yang menjadi Ketum. Namun, Amien menolak usulan Hanafi jadi Ketum.

“Sebelum jadi Ketum, Mas Ridho kan dulu bantu di IT Partai Ummat. Kemudian Sekretaris Syuro Partai Ummat, Ustadz Sambo nyeletuk aja dia. Kenapa gak coba Ridho? Beliau doktor, milenial. Ya jadi ketemu ini,” kata Buni Yani.

Buni menyatakan bahwa pemilihan Ridho sebagai Ketum karena memiliki kapasitas dan keahlian. Ia juga menegaskan bahwa Partai Ummat terbuka bagi semua pihak..

“Semua elemen masyarakat ada di Partai Ummat, betul. makanya ini harus dipahami,” kata dia.

(rzr/isn)

Show More
Back to top button

Adblock Detect

Please consider supporting us by disabling your ad blocker