“Bu Mega dan Pak SBY ini prosesnya lebih ke top-down, kesempatan yang diberikan negara. Negara dalam arti institusi negara,” sambungnya.
Bawono menilai pemberian titel atau julukan ini pun dilakukan bukan untuk mengabaikan pencapaian-pencapaian lain dari mantan presiden.
Misalnya, julukan SBY sebagai Bapak Perdamaian mengarah pada keberhasilan SBY menuntaskan konflik berkepanjangan di Aceh dengan Perjanjian Helsinky tahun 2005. Meski demikian, Bawono tak menampik bahwa SBY dan mantan presiden lainnya memiliki pencapaian di luar titel yang disematkan.
“Apapun titel atau sematan yang diberikan pada presiden, itu tidak berarti bidang-bidang lain yang juga positif dilakukan selama periode pemerintahan mereka itu dinafikkan,” ucap dia.
Sebelumnya, Setneg melalui akun twitter resminya menyatakan, julukan-julukan tersebut disematkan kepada presiden yang sudah selesai menjabat versi Museum Kepresidenan RI.
Sebagaimana diketahui BEM UI pernah menjuluki Presiden Jokowi dengan sebutan ‘The King of Lip Service’ dan diunggah pada 26 Juni 2021 lalu.
(cfd/DAL)


