Arteria melanjutkan, kakeknya dari pihak ayah bernama H. Dahlan bin Ali adalah seorang pedagang di Sumatera Barat. Neneknya, kata Arteria, bernama Hj. Dahniar Yahya atau biasa disebut Ibu Nian, tokoh masjumi, dan satu-satunya guru mengaji di Kukuban Maninjau lebih dari 50 tahun lamanya hingga tahun 1983.
“Beliau guru ngaji tiga generasi. Seluruh orang Maninjau di Kukuban pernah mengaji ke Bu Nian. Ibu Nian juga pernah ditahan pemerintahan Sukarno karena diduga terlibat PRRI saat itu,” ujarnya.
Sementara itu, salah seorang sepupu Arteria Dahlan, H. Ir. Harry Asmar Dt. Panghulu Dirajo, Ketua Dewan Pembina Ikatan Keluarga Maninjau, juga membenarkan apa yang disampaikan Auzal Halim. Menurut Harry Asmar, kakek Arteria Dahlan dari pihak ibu yang bernama H. Wahab Syarif dalah seorang pedagang Tanah Abang yang sukses. Beliau merantau ke Jakarta sekitar tahun 1950-an, dan menjadi semacam tepatan dari perantau-perantau Sumatera Barat umumnya, dan Maninjau khususnya, yang ingin mengadu nasib di Jakarta.
“Jadi rumah kakek Arteria Dahlan dari pihak ibu ini adalah semacam tempat transit perantau yang baru datang di Jakarta, sebelum mereka mendapat rumah untuk tinggal,” ungkap Harry Asmar yang juga Perantau Ketua Dewan Pembina Salingka Danau Maninjau.