“Kami ingin mungkin ada tim untuk lanjutkan pembicaraan kerja sama di hari mendatang, tapi intinya kita ingin ada kerukunan di antara tokoh-tokoh bangsa,” timpal Prabowo.
Jejak politik Prabowo Subianto terlacak sejak 2004 saat ia mengikuti konvensi calon presiden dari Partai Golkar. Dulu, saat Golkar masih jaya-jayanya di era Orde Baru, Prabowo justru tidak terlalu akrab dengan kancah politik. Ia menekuni jalan hidupnya sebagai tentara selama lebih dari seperempat abad.
Setelah rezim mertuanya kala itu, Soeharto, runtuh akibat Reformasi 1998, karier militer Prabowo menyusul jatuh. Ia “diberhentikan dengan hormat”. Semasa peralihan pemerintahan, Prabowo meninggalkan Indonesia, lalu menetap di Yordania dan sejumlah negara lainnya untuk berbisnis.
Menjelang Pilpres 2004 Prabowo kembali dan memulai karier baru di belantika perpolitikan nasional. Ia maju dalam konvensi capres Partai Golkar yang digelar pada 2003. Akbar Faisal dalam The Golkar Way (2007) mengungkapkan, Prabowo lolos hingga babak akhir bersama 6 kandidat lainnya setelah menyingkirkan puluhan peserta.
Prabowo saat itu mendapatkan dukungan dari 14 provinsi, terendah kedua setelah Sultan Hamengkubuwana X yang disokong 7 provinsi. Di posisi teratas ada Aburizal Bakrie (28 provinsi), kemudian Surya Paloh (27 provinsi), Wiranto (25 provinsi), Akbar Tandjung (23 provinsi), dan Jusuf Kalla (20 provinsi).