Tanpa Jusuf Kalla (JK) yang dipinang Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk menjadi cawapres yang diusung Partai Demokrat, konvensi capres Partai Golkar dilanjutkan. Namun, lagi-lagi Prabowo masih kurang beruntung.
Di putaran pertama, mantan Danjen Kopassus ini menempati peringkat terbawah karena hanya mendapatkan 39 suara. Yang tertinggi adalah Akbar Tandjung (147 suara), lalu Wiranto (137 suara), Aburizal Bakrie (118 suara), serta Surya Paloh (77 suara).
Perolehan ini jelas membuat Prabowo tersingkir dari persaingan lantaran di putaran kedua hanya mempertandingkan dua kandidat teratas yakni Akbar Tandjung dan Wiranto. Hasilnya, Wiranto menang dengan 315 suara, mengalahkan Akbar Tandjung yang hanya meraih 227 suara.
Wiranto pun resmi menjadi capres dari Partai Golkar, berpasangan dengan Salahuddin Wahid alias Gus Sholah, untuk bertarung di Pilpres 2004 dan bersaing dengan lima pasangan capres-cawapres lainnya. Pemenangnya adalah SBY dan JK.
Kendati gagal maju sebagai capres lewat konvensi, Prabowo tetap bertahan di Partai Golkar. Ia bahkan menempati posisi yang cukup terhormat di partai politik berlambang pohon beringin itu, yakni sebagai anggota dewan penasihat.