Dalam buku “Megawati Dalam Catatan Wartawan; Menangis dan Tertawa Bersama Rakyat” (2015), yang merupakan kumpulan tulisan para jurnalis, dengan jelas tergambar nyata yang menjadi intisari dari seluruh romantika, dinamika dan dialektika perjuangan Ibu Megawati.
Tekanan penguasa Orde Baru yang otoriter telah mengantarkan Ibu Megawati menjadi pemimpin yang tabah dan kuat dalam menjalani kehidupan politik dengan dinamika yang menyertainya. Hingga kemudian pada Pemilu 1999, PDI berubah menjadi PDI Perjuangan dan memenangkan Pemilu untuk pertama kalinya.
Dalam pandangan Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto (2015), Perjuangan tidak hanya mencerminkan bagaimana perjuangan rakyat melawan rezim otoritarian tetapi juga menjadi jiwa dan semangat seluruh kader Partai. “Perjuangan” dalam nama PDI Perjuangan menjadi nilai-nilai yang menjadi nafas dari seluruh kader PDI Perjuangan.
Sekarang, ketika PDI Perjuangan menjadi partai penguasa; “Militansi dan kesetiaan kader partai diuji, bukan hanya pada saat partai terpuruk, militansi dan kesetiaan kader partai diuji, justru pada saat kita menang. Saat kita menduduki posisi-posisi penting. Saat palu kekuasaan digunakan untuk memutuskan perbaikan kehidupan rakyat, bangsa dan negara, yang sesuai dengan ideologi Pancasila,” demikian penegasan Ibu Megawati saat pidato HUT PDI Perjuangan 48 (Osdar, 2021).