Menurut Paloh, semua warga negara seharusnya memahami bahwa prilaku keseharian tak lepas dari keputusan politik. Ia menganggap tahun politik bukan saja terjadi pada saat ini hingga menjelang 2024.
Namun begitu, ia tetap menyoroti dinamika politik dalam beberapa waktu terakhir. Ia mengaku telah belajar dalam dua momentum pemilihan presiden terakhir.
“Terlalu mahal harga yang harus dipertaruhkan jika hanya untuk mendapatkan kemenangan di pemilu kita harus mengorbankan bangunan kebangsaan yang berpuluh tahun kita jaga bersama ini,” katanya.
“Bagi saya pribadi, lebih baik tidak ada pemilu jika itu hanya memberikan konsekuensi pada perpecahan bangsa ini,” tambahnya.
(thr/fra)