Salah satu efek kesejahteraan imam yang kurang ini adalah para imam yang tidak sesuai standar, khususnya adalah pada bacaan. Dia juga menyebut saatnya para hafizh muda diberdayakan. Memang dia tidak memungkiri sudah ada beberapa masjid yang menggaji imam, tapi itu masih sebagian kecil.
“Masjid cantik, megah, tapi imamnya tidak standar. Tidak akan makmur masjid, jika imamnya tidak standar. Imam berkualitas pasti butuh kenyamanan mereka,” ucapnya lagi.
Ketiga, katanya, adalah dibutuhkan manajemen taklim (kajian) yang benar. Para da’i memberikan ceramah yang menyejukkan, menjawab pertanyaan umat. Para da’i jangan mendakwahkan kajian-kajian yang khilafiyah yang tidak dikuasainya, malah itu akan membuat umat makin bingung.
Keempat adalah manajemen keuangan yang profesional. Harus jelas infak masjid dapat digunakan segala sesuatu untuk aktivitas masjid. Ada ditemukan masjid tidak bisa mengelar ceramah agama karena katanya infak masjid tidak bisa dipakai untuk itu.
Dia juga miris ketika kotak infak yang ada hanya kotak infak pembangunan dan anak yatim. Padahal para fakir di sekitar masjid yang tidak kalah banyaknya. Harusnya masjid dapat menjawab solusi mereka. Maka setiap mengisi kajian di masjid dia menggalang program ‘Masjid Peduli’ para fakir miskin.