Hanya saja, katanya, norma payung hukum yang mengatur kerjasama dengan pihak swasta, butuh waktu untuk Pemkot Semarang menganalisa lebih lagi.
“Harapan saya, pengelolaan Semarang Zoo ini bisa dikelola secara mandiri oleh daerah. Tinggal bagaimana pengelola yang ada saat ini, berinovasi guna memacu pendapatan,” tuturnya.
Terkait penyertaan modal, sebenarnya Pemkot Semarang telah mengalokasikan tiap tahunnya. Pada 2021 lalu, Pemkot memberikan penyertaan modal sebesar Rp 7,8 miliar.
Kemudian pada 2022, Pemkot kembali menyuntikkan dana sebesar Rp 20 miliar.
“Hanya saja pada 2022 tidak jadi dicairkan dengan alasan perusahaan yaitu PT Taman Satwa merugi. Meski tersendat karena efek Covid-19 selama 2 tahun, tapi jumlah pengunjung saat ini sudah mulai menggeliat naik seiring diterapkannya new normal pasca pandemi,” terangnya.
Untuk itu, Melly mendorong pengelola Semarang Zoo segera melakukan pembenahan fasilitas untuk binatang koleksi dan pengunjung agar setara dengan taman satwa atau zoo kota lain.
“Dari segi jenis-jenis binatang, kelayakan pangan, kesehatan hewan-hewan koleksi perlu lebih diperhatikan. Sedang untuk sarana prasarana di dalam zoo bagi pengunjung yang terpenting adalah kebersihan dan kenyamanan,” paparnya.