Sugeng menambahkan, Indonesia berpotensi besar menerima banyak manfaat dari penerapan kebijakan berbasis riset dan sains. Antara lain terwujudnya ekosistem ekonomi yang lebih bersifat jangka panjang.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional pada tahun 2021 menekankan pentingnya hal tersebut, bahwa investasi saja tanpa adanya inovasi yang berbasis riset dan sains akan riskan. Akan ada persoalan kesinambungan dan bahkan yang lebih serius adalah masuk ke dalam perangkap pendapatan menengah.
Atas dasar itu, menurut Sugeng, penting bagi Indonesia memperkuat kebijakan berbasis riset dan sains. Terlebih hasilnya sudah terlihat.
“Tercermin dari beberapa investasi baik yang sudah terealisasi maupun masih berupa komitmen yang sudah terjadi, dimana keputusan investasinya berbasis riset,” tambahnya.
Sugeng mencontohkan di industri tembakau, lahir pengembangan inovasi dan teknologi berupa produk tembakau alternatif yang bisa membantu perokok beralih kepada produk yang lebih rendah risiko.
Dengan berbasis riset dan sains, inovasi ini membuahkan investasi. Philip Morris International melalui afiliasinya yaitu PT HM Sampoerna Tbk pada akhir 2021 mengumumkan investasi sebesar US$166,1 juta atau setara Rp2,3 triliun untuk membangun fasilitas produksi produk tembakau.