Fajar mengatakan, Maradika Mayori diambil dari bahasa Qori, bahasa Kaili tertua yang ada di atas Bulu Karama Pombere Basa.
Maradika Mayori kata Fajar, adalah seorang wanita cantik jelita yang duduk di peraduan teratas, yang mengurusi banyak bagian urusan tentang keadatan. Sekaligus menjadi Ino atau ibu dari masyarakat banyak di wilayah Sulteng sebagai ketua DPRD Sulteng.
Usai pembacaan gelar kehormatan dilanjutkan dengan pengalungan Taganja oleh Pua Zamani Tato Masitudju kepada Dr. Hj. Nilam Sari Lawira.
Fajar mengatakan, gelar hormatan Maradika Mayori yang diberikan kepada Dr Hj Nilam Sari Lawira sesuai dengan letak kedudukannya sebagai ketua DPRD Sulteng.
Maradika Mayori kata Fajar, merupakan kalimat tertua, yang merupakan penghargaan tertinggi bagi perempuan saat dia menduduki kedudukan teratas. Sedangkan Inontodea adalah ibu dari masyarakat Sulteng, khususnya masyarakat Desa Labuan.