“Bandingkan dengan budaya politik yang nilainya jeblok. Jika sampai pemilunya betul-betul ditunda, kita akan lihat indeks demokrasi Indonesia akan terjun bebas,” ujar Nurul.
“Karena memang elite politiknya, pemerintah, DPR, itu sudah tidak punya komitmen lagi untuk bisa menyelenggarakan pemilu yang reguler,” tambahnya.
Isu penundaan Pemilu 2024 mencuat usai diusulkan Ketua Umum Muhaimin Iskandar. Dia mengklaim sudah berkeliling Indonesia dan melihat pemulihan ekonomi pascapandemi tengah berjalan. Menurutnya, jika pemungutan suara pemilu digelar pada 14 Februari 2024, maka akan mengganggu pemulihan ekonomi.
Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan dan Ketum Golkar Airlangga Hartarto menyambut usulan tersebut. Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan juga mengatakan bahwa mayoritas masyarakat tidak ingin uang triliunan Rupiah dipakai untuk pemilu di masa pandemi. Dia bicara demikian bersumber pada big data yang menganalisa 110 juta aspirasi di media sosial.
Luhut lantas diminta banyak pihak untuk membuka big data yang dimaksud. Namun ia menolaknya.
Penundaan Pemilu 2024, jika direalisasikan lewat amandemen UUD 1945, maka membuat masa jabatan Presiden Jokowi ditambah. Sejauh ini Jokowi sudah angkat suara namun tidak tegas menolak penambahan masa jabatan. Dia hanya mengatakan bakal patuh pada konstitusi UUD 1945.