“Yang saya tahu persis karena sudah lima tahun berjuang dan memang terhambat urusan ini,” ujar Nusron.
Dia menjelaskan, ada potensi market selama sepuluh tahun kedepan diperkirakan membutuhkan sekitar 40 ribu perawat. Namun untuk bisa mengambil peluang itu pemerintah harus bisa menuntaskan persoalan sertifikasi perawat sesuai standar internasional.
“Itu lumayan, cuma memang ada satu hal yang harus kita tuntaskan, dan saya berharap betul dimasukan dalam paket perjanjian ini masalah MRA. Tentang sertifikasi perawat dari Indonesia terutama yang dikeluarkan oleh PPNI, Persatuan Perawat Nasional Indonesia, belum diakui oleh otoritas kesehatan yang ada di UAE,” jelas Nusron.
Dia pun merasa prihatin masih banyak perawat Indonesia yang menganggur tidak bekerja.
“Per hari ini kita masih kalah dengan perawat dari Filipina, kita kalah dengan perawat dari Jamaika. dua negara ini yang mendominasi market di UAE adalah Filipina dan Jamaika, padahal per hari ini menurut data tenaga kerja kesehatan yang ada di PPSDM Kementerian kKsehatan, kita mempunyai sekitar 643 ribu tenaga kerja kesehatan, terutama perawat kita yang hari ini nganggur di Indonesia sekitar 643 ribu perawat menganggur,” ungkap Nusron.