“Saya ingin menggunakan analogi Bang Fahri tadi mengenai politik biaya tinggi. Kenapa itu kemudian tetap buat orang berebut jadi pejabat. Saya melihatnya, ketika orang kemudian berpikir jadi pejabat, itu peluang untuk mendapatkan uang untuk pengembalian biaya politik itu bisa dilakukan, dia akan ambil itu,” katanya.
Selain itu, Novel berkata, perilaku perebutan menjadi pejabat di tengah situasi politik berbiaya tinggi masih terjadi karena melihat risiko hukum yang kecil.
“Kemudian dia berpikir risiko tertangkapnya seperti apa, kecil. Kalaupun tertangkap, dia masih bisa urus perkaranya, atau kalau dihukum masih bisa dapat pengurangan dan lain-lain,” ujar Novel.
Berangkat dari itu, Novel berpendapat, masalah penegakan hukum merupakan hal yang penting.
Ia mengaku pesimis seandainya pencegahan dilakukan tanpa proses penegakan hukum. Novel menyatakan bahwa banyak orang yang menikmati persoalan sistem yang longgar sebagai pelung untuk melakukan korupsi.
“Ketika sistem diubah, selalu ada cara untuk lewat jalur belakang,” imbuhnya.
Novel juga mengaku prihatin dengan kondisi KPK sekarang. Menurutnya, berbagai perilaku pimpinan KPK saat ini justru membuat pemberantasan korupsi di Indonesia terlihat tidak memiliki masa depan.