“Di akhir pemerintahan itu memang para parpol sudah longgar komitmennya untuk dalam satu koalisi karena mereka berupaya untuk menaikkan popularitas partai sendiri dan juga mencari peluang dengan bersafari ke berbagai macam elite atau partai untuk bisa bertahan di kekuasaan,” ujar Wasisto, Kamis (24/3).
“Jadi, saya pikir, adanya fragmentasi atau terbelahnya suara di koalisi pemerintahan Jokowi sekarang ini memang hal yang wajar,” sambungnya.
Wasis menilai wajar jika partai politik di dalam koalisi bermain dua kaki. “Kalau misalnya mereka itu tidak bermain 2 kaki dari sekarang, sangat berisiko,” ucapnya.
“Bisa jadi mereka malah justru kurang bisa menggaet potensi pemilih potensial dan juga bisa jadi malah suara mereka tergerus. Karena partai lain pun sudah.. ini menciptakan suatu dilema juga dalam koalisi sekarang ini,” imbuhnya.
Ia menjelaskan, dalam sistem presidensial, partai-partai pendukung pemerintahan yang terfragmentasi merupakan hal lazim karena koalisi tidak permanen.
“Dalam sistem presidensial tidak ada jaminan bahwa partai yang sekarang berkoalisi dengan penguasa akan diundang lagi dalam periode berikutnya,” tegasnya.