Selain itu, tantangan lain yang dihadapi perempuan saat ingin menjadi anggota legislatif adalah keberadaan budaya patriarki yang mendominasi tata nilai sosial budaya di Indonesia.
Menurut Sri Rahayu, gambaran tersebut dapat dilihat ketika perempuan dihadapkan pada pilihan di antara bergabung dalam dunia politik atau berpihak kepada keluarga, mereka cenderung akan memilih ataupun dituntut untuk berpihak kepada keluarga.
Ada pula kurang rasa percaya diri terhadap penilaian kemampuan dirinya yang mendominasi perempuan sehingga mereka merasa kurang mampu bersaing dengan laki-laki.
Untuk itu, Sri Rahayu menyarankan agar peningkatan kepercayaan diri secara berkelanjutan dapat diagendakan pula, baik oleh partai politik maupun Kowani, ke dalam program kerjanya sehingga perempuan dapat terjun ke dalam dunia politik.
“Perempuan ini harus dibuat memiliki percaya diri yang betul-betul mantap. Oleh karena itu, kami selalu mendorong kepada perempuan dalam pendidikan dan kaderisasi partai itu bagaimana bisa percaya diri sehingga kekuatan itu muncul dari dalam,” kata Sri Rahayu.