“Ini sebuah ijtihad, kemudian Pak Surya Paloh memilih opsi ambil kesepakatan dulu, terus kemudian jelaskan, memang ada risiko, risikonya ada perasaan seperti dilewatkan, ditinggalkan,” kata Anies.
Malam itu, Anies dan utusannya di Tim 8 mencoba menghubungi utusan PKS dan Demokrat untuk bertemu. Namun hingga dini hari, tidak ada jawaban.
Keesokan harinya, perwakilan Tim 8 bertemu dengan perwakilan PKS dan Demokrat. PKS merespons positif adanya partai baru di koalisi, tetapi merasa tidak suka dengan cara NasDem yang mengambil keputusan sepihak tanpa komunikasi.
Sementara itu, Anies tidak bisa bertemu dengan Demokrat karena jadwal yang padat. Akhirnya, Demokrat memutuskan untuk mencabut dukungan kepada Anies dan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan.
Keputusan ini diambil setelah Anies memutuskan untuk menggandeng Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar sebagai bakal calon wakil presiden, yang membuat Demokrat merasa dikhianati.
Pasalnya, Anies dan NasDem sebelumnya telah menandatangani piagam kesepakatan bersama dengan Demokrat, NasDem, dan PKS, namun akhirnya Anies dan NasDem membuat kerja sama baru. Demokrat juga mengungkapkan bahwa Anies pernah meminta AHY untuk menjadi cawapres pendampingnya melalui panggilan telepon pada 12 Juni dan surat tertulis pada 25 Agustus.