Kita ketahui, pak Idris dan pak Imam selalu berpenampilan alim, namun sungguh saya tidak menyangka penampilan luarnya tidak mencerminkan prilakunya. Ini seperti wajah kota Depok, dimana kekerasan terhadap perempuan dan anak banyak terjadi, namun di sisi lain pemerintah kota gembargembor bahwa kota ini baik-baik saja! Seorang Imam Budi Hartono, 3 periode sebagai DPRD Propinsi, calon wakil walikota merendahkan saya yang seorang perempuan sebagai lawannya. Bukan adu program tapi pelecehan!
Beberapa teman menanyakan, apakah ada saksinya dalam kasus ini. Saya terangkan ada saksinya, termasuk pak Idris sendiri, yang tertawa saat pak Imam melontarkan. Saya diperingatkan untuk berhati-hati, jangan sampai nanti menjadi tuduhan pencemaran nama baik. Di sini saya menghikmati, betapa sulitnya menjadi korban untuk bersuara, korban selalu dipertanyakan. Tak jarang korban menjadi korban kembali, berulang-ulang.
Saya sampaikan, kasus ini adalah salah satu miniatur persoalan yang ada di Depok. Masih ingat dengan kasus begal payudara yang terjadi di Depok, bahkan menjadi viral secara nasional? Tidak ada yang mempercayai pengakuan korban, sangat sedikit yang mau mendukung korban, bahkan dikatakan “halah, cuma diremas tete nya aja, kok jadi masalah.”
Bagaimana dengan kasus kekerasan yang menimpa anak-anak sekolah dasar negeri di Depok yang dilakukan oleh gurunya? Oleh pemerintah kota kasus ini “diredam” karena akan mencoreng wajah kota penyandang penghargaan Kota Layak Anak.