Kunto mengatakan, Jokowi tentunya akan berkaca pada kejadian tahun 2015 untuk menyikapi polemik. Menurutnya, Jokowi akan diam dan menunggu reaksi publik. Ia akan membiarkan Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah menjadi sasaran tembak kritik publik.
Jika penolakan semakin meluas dan merembet ke berbagai persoalan, Jokowi akan turun tangan. Dia akan tampil ke publik sebagai pahlawan seperti yang ia lakukan tujuh tahun lalu.
“Kalau publik enggak ribut, ya kebijakannya terus. Kalau publik ribut, kritik, Pak Jokowi tampil sebagai hero (pahlawan). Menurut saya, itu salah satu strategi yang luar biasa dari Pak Jokowi,” tutur Kunto.
Diakui Kunto, kepuasan publik terhadap Jokowi akan menurun beberapa waktu ke depan. Akan tetapi, ia melihat penurunan hanya akan terjadi di daerah perkotaan. Pasalnya, penolakan kuat berasal dari kelompok pekerja di kawasan kota, terutama Jabodetabek.
“Kalau hitung-hitungan, apakah menurun? Ya, tapi apakah menurunnya signifikan? Belum tentu,” kata Kunto, Minggu (14/2).
Sementara, Pengamat politik Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin menilai kebijakan baru ini akan berdampak buruk untuk Jokowi. Dia menyebut citra Jokowi sebagai presiden pro rakyat kecil akan luntur.