Ujang mengatakan kebijakan ini justru membuat Jokowi berhadap-hadapan langsung dengan wong cilik. Dia memprediksi tingkat kepuasan publik terhadap Jokowi akan turun.
“Kepuasan publik terhadap Jokowi akan rendah. Ini imbasnya ke wong cilik, semua kaum pekerja yang wong cilik pasti terdampak, kelas menengah pun terdampak. Slogan pro rakyat kecil tidak sesuai dengan fakta dan kenyataan yang ada di lapangan,” kata Ujang, Minggu (14/2).
Ujang berpendapat Jokowi telah belajar dari kegagalan menahan pencairan JHT pada 2015. Menurutnya, Jokowi lebih kuat secara politik kali ini.
Pada 2015, Jokowi baru saja terpilih sebagai presiden dan sedang sibuk melakukan konsolidasi. Saat ini, ia telah mengantongi dukungan dari mayoritas partai di parlemen.
Ujang mengatakan Jokowi kemungkinan tak terlalu mempersoalkan penolakan publik. Selain karena kuat di parlemen, Jokowi dinilai tak punya cara lain menutup krisis anggaran akibat pandemi Covid-19.
“Saya rasa Jokowi belajar ya (dari 2015). Mungkin tadi enggak ada uang, APBN jebol,” ujar Ujang.
(dhf/ugo)