“Pada dasarnya PKS ini tidak mau beroposisi sendiri menghadapi pemerintahan Jokowi sehingga mengajak partai lain bergabung. Hal ini juga semacam jadi tolak ukur PKS untuk uji konsistensi dan loyalitas mitra partainya apa tetap setia beroposisi selama 5 tahun,” kata Wasisto.
Tak hanya mendekati parpol lain, PKS juga berencana merangkul kelompok-kelompok berbasis Islam guna memperkuat posisinya sebagai oposisi pemerintahan.
Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera beberapa waktu lalu mengaku akan mengajak pelbagai elemen masyarakat seperti Presidium Alumni (PA) 212 dan Front Pembela Islam (FPI) hingga GNPF Ulama untuk menjadi oposisi pemerintahan selama lima tahun ke depan.
Pendekatan PKS terhadap kelompok Islam ini bisa menambah daya militansi massa oposan. Sebab, kata Wasis, PKS sendiri tak mungkin hanya memanfaatkan massa ideologisnya untuk menghadapi pemerintahan lima tahun ke depan.
“Tapi juga perlu massa yang lebih besar. Karena itu FPI dan PA 212 diajak,” kata Wasis.
Strategi tersebut membuat PKS langsung merengkuh dua keuntungan secara politis, yakni mengamankan dana dari Tommy Soeharto selaku Ketum Berkarya hingga mendapatkan suara massa mengambang dari militansi ormas FPI maupun PA 212.