“Cak Imin punya kultur pesantren dan NU, Pak Prabowo punya kultur militer, menurut saya komplit lah. Cuma saya pribadi masih berjuang agar Pak Muhaimin menjadi capres, RI 1. Tapi saya juga tidak menolak beberapa teman yang punya usulan karena pada ujungnya politik harus realistis juga,” ujarnya Wakil Ketua MPR itu.
Kendati demikian, Jazilul menyampaikan komunikasi yang dibangun belum sampai fokus membahas soal pasangan capres dan cawapres.
Dia berkata, masih ada waktu sekitar dua tahun bagi masing-masing calon untuk meningkatkan popularitas dan elektabilitas.
“Memang hari ini belum sampai pada momentum untuk memutuskan, siapapun calonnya. Pak Prabowo juga belum momentum memutuskan, Pak Anies juga belum. Yang jelas Pak Muhaimin dengan semua kandidat yang muncul tidak ada kendala dari sisi komunikasi,” katanya.
Sebagai informasi, hasil survei Trust Indonesia Research and Consulting menyatakan simulasi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai pasangan capres-cawapres memiliki elektabilitas yang tinggi.
Simulasi pasangan itu mengalahkan elektabilitas Prabowo dan Ketua DPR Puan Maharani. Anies-Ganjar memiliki 41 persen, sementara Prabowo-Puan 33,1 persen.


