Bukan kali saja Jokowi memamerkan perbedaan harga kebutuhan pokok dengan negara lain. Dia juga pernah pamer harga Pertalite Rp7.500 yang jauh lebih rendah dari negara lain, saat membuka Rakernas Projo di Malang, Jawa Timur, Mei lalu.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan pernyataan Presiden Joko Widodo tak relevan karena perbedaan tingkat perekonomian antarnegara.
“Tidak apple to apple (seimbang) kalau bandingkan harga antar negara tersebut karena ada perbedaan juga dalam purchasing power masing-masing masyarakat. Jadi pemerintah jangan terlalu pede (percaya diri) dengan data yang sesat itu,” kata dia.
Ia menuturkan harga Pertalite di RI memang lebih rendah dari bensin di Amerika Serikat, Jerman, dan Singapura. Rinciannya, harga bensin di Amerika Serikat Rp18.000 per liter, Thailand Rp20.800 per liter, Singapura Rp32.000 per liter, dan Jerman Rp31.000 per liter.
“Harga BBM dan minyak goreng di Jerman, Singapura, atau Amerika ya bisa saja tinggi, tapi pendapatan mereka juga tinggi. Harga BBM dan minyak goreng dua kali lipat dari kita, tapi pendapatan masyarakatnya juga dua kali lipat dari pendapatan kita,” jelasnya.