“Karena dengan nilai-nilai restorasilah, bangsa ini akan kembali pada jati dirinya sebagai bangsa yang besar dengan mengedepankan nilai-nilai filosofis kebangsaanya,” ucapnya.
Namun dalam perjalanannya, Sahrul terkadang merasa jatuh ke dalam pemikiran atas refleksi jabatan serta amanah yang ia emban. Dia merasa belum mampu menjadi kader terbaik Nasdem dengan semangat restorasinya.
“Saya masih banyak menemukan kendala baik itu pemikiran yang segar maupun tindakan yang seharusnya saya lakukan sebagai manusia biasa yang hari ini berada di dalam sistem pemerintahan. Begitu banyak hal bodoh dan ketidaktahuan yang saya alami ketika saya menghadapi tantangan-tantangan permasalahan dalam rangka menjawab sebuah proses perubahan di Kabupaten Bandung,” kata Sahrul.
“Tentunya ini adalah bentuk kegagalan saya sebagai seorang kader Partai Nasdem dalam rangka memperjuangkan perubahan,” tambahnya.
Karena itu, Sahrul memilih beristikharah dan berpikir dengan matang. Dia pun memutuskan untuk mengundurkan diri dari segala bentuk keterikatan politik, kepartaian maupun sebagai kader Partai Nasdem.
“Saya ucapkan beribu terima kasih atas pengalaman, pendidikan, serta perjuangan yang telah Partai Nasdem berikan untuk diri saya,” katanya.