“Survei ini berhasil mengambil representasi sampel yang tersebar proporsional dalam skala nasional,” kata dia.
Lebih lanjut, Dedi juga membeberkan hasil survei IPO tersebut menunjukkan sumber informasi politik publik lebih banyak berasal dari media konvensional. Televisi mendapat penilaian tertinggi sebagai media paling banyak dijadikan sumber informasi politik.
Sebesar 36 persen publik menggantungkan sumber informasi politik dari televisi, sementara surat kabar hanya dijadikan referensi oleh 7 persen publik.
Kemudian masyarakat yang masih menjadikan radio sebagai sumber informasi politik sebesar 11 persen, media sosial 23 persen, media pemberitaan online 13 persen, media luar ruang 2 persen, sementara 8 persen masih mengandalkan tokoh masyarakat sebagai sumber informasi.
“Konsumen media massa masih cukup banyak, bahkan masih yang paling dipercaya,” jelasnya.
Adapun untuk media cetak surat kabar, Dedi menuturkan bagi kelas sosial tertentu media cetak masih cukup diminati. Media sosial dan online ia yakini berhasil memberikan informasi yang cepat dan banyak, tetapi untuk memastikan kebenaran informasi publik masih menggantungkan pada media massa.