“Saya kira di sinilah kehadiran para pengajar itu harus memberi kualifikasi, paling tidak harus memiliki jiwa moderasi beragama,” ucapnya.
Proses ketiga adalah memetakan kualitas pengelolaan dari pondok pesantren itu sendiri. Kahfi mengatakan bahwa hal ini penting karena Al Zaytun memiliki nilai aset yang luar biasa.
“Terkait manajemen pengelolaan pondok ini, kita harapkan tentu memang bisa bermanfaat bagi para santri yang ada dalam pondok. Tidak menjadi milik pribadi atau kelompok tertentu yang mengelola pondok selama ini,” kata Kahfi.
Memantau alumni Al Zaytun
Sementara, Kahfi juga menyebut bahwa alumni Al Zaytun yang tersebar di mana-mana juga perlu dipantau.
“Bahwa apakah kehadiran mereka di tengah-tengah masyarakat yang ada selama ini seperti apa mereka ini yang kita belum tau,” lanjutnya.
Dalam kesempatan yang sama, salah satu alumni Ponpes Al Zaytun Muhammad Ikhsan mengatakan bahwa ajaran-ajaran yang dianggap sesat itu bukan diajarkan kepada para santri, melainkan kepada jamaah NII (Darul Islam).
“Ajaran-ajaran yang selama ini yang Syekh Panji Gumilang ajarkan itu dianggap sesat. justru itu diajarkannya bukan kepada kami, tapi kepada jamaah NII-nya,” kata dia.