Selain dua faktor tersebut, di sisi lain Wasis menilai kondisi panas dingin hubungan NU-PKB juga membuat posisi kelompok Islam tradisional melemah.
Dia khawatir kondisi tersebut menempatkan gagasan Islam Nusantara atau moderasi beragama yang dibawa NU dan PKB justru dimanfaatkan kelompok Islam lain, terutama kelompok Islam transnasional. Wasis tak menampik kondisi tersebut berpengaruh dan menimbulkan kebingungan di tengah masyarakat.
“Kondisi ini tentu menempatkan posisi Islam Nusantara maupun kampanye moderasi beragama bisa mengendur semangatnya bila friksi dalam dua organisasi tersebut kian melebar,” katanya.
Padahal, menurut dia, hubungan panas dingin antara PBNU dan PKB akhir-akhir ini sebetulnya bisa dilihat friksi sesama darah biru yang hanya bisa terjadi di kalangan elite. Sementara posisi santri relatif akan mengikuti para kyai.
Namun, situasi itu akan tetap berpengaruh pada warga Nahdliyyin, terlebih PKB merupakan partai yang lahir dari NU dan memiliki hubungan yang kuat secara emosional.
Oleh karena itu, menurut Wasis, keputusan untuk rekonsiliasi atau islah mestinya menjadi jalan terbaik bagi PBNU dan PKB. Keputusan itu menjadi paling masuk akal jelang memasuki tahun politik Pemilu 2024.